Minggu lalu kita sudah membahas Maleakhi 3:10-11. Ada 1 lagi porsi Alkitab yang sering dipakai para hamba Tuhan untuk melegitimasi persembahan persepuluhan: Ibrani 7. Ini juga perlu diluruskan. Di tulisan terakhir ini saya akan berusaha meyakinkan Anda bahwa kitab Ibrani bukanlah mengenai persepuluhan, melainkan berbicara mengenai Kristus. Setelah itu akan kita lihat bagaimana semangat memberi dalam Perjanjian Baru.
Peraturan Melkisedek
Pasca-Kalvari, hanya ada 1 tempat di mana persepuluhan disebut di dalam Alkitab: Ibrani 7, yang disebut sebagai peraturan Melkisedek. Karena peraturan ini bersifat abadi, maka banyak hamba Tuhan berkeras bahwa persepuluhan bersifat abadi pula sehingga jemaat diwajibkan untuk memberi persepuluhan. Namun sekali lagi lucunya kalau membahas mengenai persepuluhan, Ibrani 7 hanya dibahas sampai ayat 10 saja. Imut-imut, bukan? Begitu semangatnya berkonsentrasi pada persepuluhan, sehingga mereka mengalami sebuah fenomena yang dinamakan missing the forest for the trees: terlalu fokus dengan hal-hal detil tapi tidak tahu tujuan akhir dari Ibrani 7.
Mari kita bahas satu-persatu ayat-ayat di Ibrani 7.
Kepada Melkisedek, Abraham juga memberikan sepersepuluh dari semua harta rampasan yang diperolehnya. Pertama-tama, nama Melkisedek berarti “Raja Kebenaran”, selanjutnya, “Raja Salem” yang berarti “raja damai”. (Ibr 7:2, AYT)
Ayat ini mengacu kepada Kejadian 14:17-20, yang merupakan era sebelum Hukum Taurat diturunkan. “Oleh sebab itu, ini merupakan bukti kekekalan doktrin persepuluhan!” Begitulah kata pendeta-pendeta ganteng zaman sekarang.
Lot yang merupakan keponakan Abram, disandera musuh. Abram bersama dengan 318 jagoannya akhirnya berhasil mengalahkan musuh, membebaskan Lot beserta keluarganya dan merebut kembali segala harta benda. Dalam perjalanan pulang dari perang, ia bertemu dengan penguasa setempat yakni raja Sodom dan raja Salem (Melkisedek), di mana yang terakhir ini memberikan roti dan anggur kemudian memberkati Abram. Apa yang terjadi berikutnya membuat dunia persepuluhan menjadi gempar.
Setelah itu Abram memberikan kepada Melkisedek sepersepuluh dari segala barang rampasan yang telah dibawanya kembali. Lalu berkatalah raja Sodom kepada Abram, “Ambillah barang rampasan itu, tetapi sudilah mengembalikan kepadaku semua orang-orangku.” (Kej 14:20-21, BIS)
Perhatikan bahwa Abram memberikan 10% dari harta rampasan perang (bukan harta pribadi) kepada Melkisedek. Sebagai pemenang perang, Abram sebetulnya berhak menyimpan 90% sisa rampasan perang; namun Abram lebih memilih untuk memberikan seluruh sisa barang jarahan itu kepada raja Sodom supaya jangan ada yang berkata bahwa raja Sodom-lah yang membuat Abram kaya. Ternyata pembagian 10:90 dari harta rampasan perang merupakan tradisi Arab saat itu: 10% merupakan upeti bagi penguasa lokal. Jadi sebetulnya Abram memberi kepada Melkisedek karena terpaksa, alias kepepet! Dan tindakan Abram ini bukanlah perintah dari Yahweh. Nah, coba bilang dulu ke jemaat untuk mengikuti teladan Abram dengan memberikan harta rampasan (baca: jarahan) perang. Berani nggak?
Poin dari Ibrani 7:2 adalah kedudukan Melkisedek yang merupakan raja sekaligus imam — sebuah kombinasi yang mustahil dalam Perjanjian Lama — yang mengingatkan kita kepada Yesus. Jadi Melkisedek merupakan tipologi, atau bayangan dari Kristus.
Next verse.
Ia tidak berayah atau beribu, tidak bersilsilah, dan hidupnya tidak berawal atau berakhir. Akan tetapi, seperti Anak Allah, ia akan menjadi imam untuk selama-lamanya. (Ibr 7:3, AYT)
Melkisedek bukanlah pre-inkarnasi dari Yesus, melainkan seperti (tetapi tidak sama dengan) Yesus. Jadi di sini kuncinya adalah membedakan posisi Melkisedek sebagai tokoh “profetik” atau sebagai tokoh “historis”. Contohnya begini:
Dari Mesir, Aku memanggil anak-Ku itu. (Hos 11:1b)
Secara “historis” ayat ini mengacu kepada bangsa Israel; namun secara “profetik” mengacu kepada Yesus (cf. Mat 2:15). Masih belum puas?
Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel. (Yes 7:14b)
Secara “historis” mengacu kepada istri dan anak Yesaya; namun secara “profetik” mengacu kepada Maria dan Yesus (cf. Mat 1:23).
Melkisedek dikatakan “tidak berayah atau beribu, tidak bersilsilah, dan hidupnya tidak berawal atau berakhir.” Kalimat ini tidak dapat diartikan secara harfiah. Kenapa begitu? Karena jika begitu artinya Melkisedek adalah makhluk luar angkasa, alias alien, saudara-saudara! Secara manusia, Yesus memiliki ayah dan ibu. Garis keturunan-Nya jelas. Kelahiran dan kematian-Nya dicatat di dalam Perjanjian Baru. Lagi-lagi ini bukti bahwa Melkisedek bukanlah pre-inkarnasi dari Kristus. Sebetulnya arti kalimat ini sungguh sederhana. Mari kita lihat bagaimana ayat ini diinterpretasikan dalam The Complete Jewish Bible.
There is no record of his father, mother, ancestry, birth or death; rather, like the Son of God, he continues as a cohen for all time. (Heb 7:3, CJB)
There is no record…. Bangsa Israel di zaman Musa begitu teliti mencatat kelahiran, kematian dan silsilah seseorang, karena hal ini sangat penting untuk menentukan siapa yang berhak menjadi imam Lewi. Namun demikian, tidak ada sama sekali catatan sejarah mengenai Melkisedek di dalam Perjanjian Lama. Oleh karena itu, Melkisedek secara “historis” dan secara aturan Hukum Taurat tidak memenuhi syarat untuk menjadi imam; sama seperti Yesus yang secara hukum Taurat tidak memenuhi syarat (karena berasal dari keturunan Yehuda, i.e. non-Lewi). Namun demikian, “seperti Anak Allah, ia akan menjadi imam untuk selama-lamanya.” Artinya Melkisedek lebih tinggi dari Hukum Taurat; sama seperti Anak Allah, yang kedudukannya jauh lebih tinggi dari Imam Besar Yahudi.
Namun, Melkisedek yang tidak dari keturunan Lewi, menerima persepuluhan dari Abraham dan memberkati dia yang memegang janji-janji Allah. Dan, tidak dapat disangkal, yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi. (Ibr 7:6-7, AYT)
Dalam Ibrani 7, persepuluhan digunakan sebagai bukti bahwa orang yang memungut persembahan persepuluhan kedudukannya lebih tinggi daripada orang yang memberi persepuluhan. Jadi begitulah penjelasannya. Oke, let’s end this nonsense.
Sebab, Kitab Suci bersaksi tentang Dia: “Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” Di satu sisi, peraturan yang lama sudah berakhir karena memiliki kelemahan dan tidak berguna, dan karena hukum itu tidak menyempurnakan apa pun. Namun, di sisi yang lain, ada pengharapan yang lebih baik yang diperkenalkan kepada kita, dan pengharapan itu menarik kita untuk mendekat kepada Allah. (Ibr 7:17-19, AYT)
Hukum Taurat dan segala peraturannya (Bil 18), termasuk persembahan persepuluhan (Bil 18:21-32), sudah dibatalkan. Inilah tujuan akhir dari kitab Ibrani, yakni untuk menunjukkan bahwa kita memiliki perjanjian yang lebih baik daripada Musa, dan Imam Besar yang kita miliki sekarang jauh lebih baik daripada imam dalam Hukum Taurat! Don’t miss the forest for the trees, bro!
Memberi: Hukum Taurat vs. Kasih Karunia
Yesus sering bicara mengenai uang. Dari 38 perumpamaan yang diceritakan oleh Yesus, 16 di antaranya berhubungan dengan uang dan harta. Bahkan 1 dari 10 ayat yang ada dalam keempat kitab Injil berurusan langsung dengan uang. Namun entah kenapa seringkali pengkhotbah kurang kreatif. Ketika mendorong jemaatnya memberi (dalam bentuk uang) untuk gereja, ayat yang digunakan hampir selalu dari kitab Maleakhi 3 atau dari Ibrani 7, yang notabene tidak bisa dijadikan dasar persepuluhan.
Ada sebuah cerita menarik dalam Injil. Seorang kaya bertanya kepada Yesus:
…“Guru yang baik, apa yang harus kulakukan untuk dapat mewarisi hidup yang kekal?” (Luk 18:18, AYT)
Orang ini sebetulnya agak ngeyel. Yang namanya warisan itu sesungguhnya didapatkan tanpa usaha apapun. Maksudnya: warisan didapat berkat status, bukan karena prestasi. Tapi yang ada di kepala orang ini, keselamatan adalah sesuatu yang harus diusahakan. Yesus menjawab dengan memberikan beberapa entri dari Dasa Titah:
“Kamu mengetahui tentang hukum-hukum ini: ‘Jangan berzina, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan memberi kesaksian palsu, serta hormatilah ayah dan ibumu.’”(Luk 18:20, AYT)
Respons pemimpin kaya ini luar biasa.
Jawab orang itu, “Aku sudah menaati semua itu sejak aku masih muda.” (Luk 18:21, AYT)
Sesungguhnya bangsa Israel hidup dalam sebuah ilusi. Mereka berpendapat bahwa kesempurnaan Hukum Taurat adalah sesuatu yang dapat diraih oleh manusia. Walaupun begitu, dalam kitab Talmud hanya ada 3 orang yang dianggap berhasil menaati semua Hukum Taurat: Abraham, Musa, dan Harun. Dengan kata lain, sang pemimpin kaya ini menempatkan dirinya sejajar dengan ke-tiga pemimpin legendaris tersebut. Apa yang ia harapkan adalah pujian dari Yesus atas jerih payahnya.
Menghadapi manusia ganteng model begini, Yesus langsung menohok tanpa ampun.
Ketika Yesus mendengarnya, Ia berkata kepada orang itu, “Masih ada satu hal yang kurang. Juallah semua yang kamu miliki dan bagikanlah kepada orang-orang miskin, maka kamu akan mempunyai harta di surga; dan marilah, ikutlah Aku.” (Luk 18:22, AYT)
Perhatikan di sini ketika Yesus berurusan dengan harta kekayaan, Ia lebih tertarik untuk membahas perlakuan pemiliknya terhadap orang miskin dibandingkan memberi persepuluhan kepada gereja.
Tepat di pasal berikutnya, terdapat sebuah perbedaan yang mencolok. Pasal 19 kembali memuat cerita mengenai orang kaya.
Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. (Luk 19:1-2)
Bedanya dengan cerita sebelumnya, orang ini sadar bahwa dirinya adalah seorang berdosa. Mau berbincang dengan Yesus pastilah ia malu, jadi ia hanya berani melihat Yesus dari kejauhan.
Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. (Luk 19:3-4)
Kepada orang yang sadar hatinya gelap, Yesus menawarkan kasih karunia, bukan Hukum Taurat.
Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. (Luk 19:5-6)
Perhatikan respons kedua orang kaya ini. Dalam Lukas 18, uang tidak keluar sepeserpun di bawah Hukum Taurat.
Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya. (Luk 18:23)
Dalam Lukas 19, tanpa diminta, Zakheus di bawah kasih karunia membagikan lebih dari setengah hartanya.
Kemudian, Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan, “Tuhan, lihatlah, separuh dari hartaku akan kuberikan kepada orang miskin, dan jika aku telah menggelapkan harta seseorang, aku akan mengembalikannya 4 kali lipat.” (Luk 19:8, AYT)
The Law is good and holy, but it doesn’t empower you to be good and holy! Buktinya sudah kita lihat di tulisan sebelumnya. Justru orang-orang yang paling tahu Hukum Taurat-lah yang menindas para janda miskin, kaum yang seharusnya dilindungi menurut Hukum Taurat. Padahal hukuman untuk para penindas janda miskin sangatlah berat.
Seseorang janda atau anak yatim janganlah kamu tindas. Jika engkau memang menindas mereka ini, tentulah Aku akan mendengarkan seruan mereka, jika mereka berseru-seru kepada-Ku dengan nyaring. Maka murka-Ku akan bangkit dan Aku akan membunuh kamu dengan pedang, sehingga isteri-isterimu menjadi janda dan anak-anakmu menjadi yatim. (Kel 22:22-24)
Rahasia kemurahan hati Zakheus bukanlah Hukum Taurat, melainkan karena ia mengalami kasih karunia Kristus.
Semua orang yang melihat hal itu mulai menggerutu. Mereka berkata, “Cih! Ia pergi bertamu di rumah orang yang tidak baik!” (Luk 19:7, BIS)
Ketika Kristus memanggil Zakheus dan memutuskan untuk berkunjung ke rumahnya, yang menanggung cibiran bukanlah Zakheus, melainkan Yesus. Kenapa? Karena Zakheus memungut pajak dari bangsanya sendiri untuk penjajah Romawi. Di mata bangsa Israel, posisi Zakheus adalah sebelas-duabelas dengan pelacur. Bagaimana mungkin seorang Rabi suci bergaul bersama seorang “pelacur”? Itulah sebabnya di ayat berikutnya Zakheus berjanji memberikan lebih dari setengah hartanya, karena Zakheus melihat dan mengalami pengorbanan Kristus untuk dirinya.
Kalau Anda ingin jemaat Anda murah hati, caranya bukan dengan memberlakukan Hukum Taurat. Resepnya sederhana: preach Jesus! Banyak jemaat yang tahu kenapa Yesus mati, tapi tidak banyak yang tahu kenapa Ia harus mati di atas kayu salib. Banyak jemaat yang tahu kutuk keturunan, tapi sedikit yang tahu bahwa kutuk ini sudah dipatahkan di atas kayu salib. Saudara-saudaraku yang terkasih, bejana yang kosong tidak mungkin bisa mengeluarkan air. Hanya Yesus yang bisa mengisi bejana yang kosong; dan ketika bejana ini terisi, airnya akan meluap ke mana-mana.
… out of his belly shall flow rivers of living water. (Jn 7:38, KJV)
Bukan hanya setetes dua tetes…. sungai, men!
Renungan
Persepuluhan bukanlah prinsip kekal yang ada di dalam Alkitab. Fakta bahwa Abraham memberikan persepuluhan kepada Melkisedek sebelum Hukum Taurat diturunkan tidak bisa dijadikan landasan bagi doktrin persepuluhan, karena bangsa-bangsa penyembah berhala seperti Fenisia, Mesir, Cina, Babilonia, Yunani dll. sudah melakukan hal ini berabad-abad sebelumnya. Saat diberlakukan oleh Yahweh, persepuluhan adalah pajak untuk mendukung berlangsungnya negara teokrasi di Israel, dan di dalamnya terdapat unsur kewajiban. Jadi persepuluhan bukanlah bentuk persembahan untuk Tuhan.
Kalau bicara mengenai persembahan, ada satu prinsip universal di dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Prinsip itu adalah kerelaan hati.
Setiap orang harus memberi seperti yang telah ia putuskan dalam hatinya, bukan dengan dukacita atau di bawah paksaan karena Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. (2 Kor 9:7, AYT)
Tuhan tidak pernah memberi perintah kepada Kain dan Habel untuk memberi persembahan (Kej 4:1-16). Ketika banjir bandang surut, Nuh mempersembahkan korban bakaran atas inisiatif sendiri (Kej 8:20). Yakub memberi persepuluhan bukan atas perintah Yahweh (Kej 28:20-22), tapi sekali lagi: atas inisiatif sendiri (itupun Yakub memberi syarat kepada Tuhan, dan bukan sebaliknya). Semuanya atas dasar kerelaan hati, dan bukan Tuhan yang menetapkan jumlahnya.
Saudara-saudara yang terkasih, sini saya beri tahu rahasianya. Yang membuat Tuhan tersenyum ketika kita memberi bukanlah jumlah 10% dari hartamu, melainkan 100% dari hatimu yang penuh sukacita. Dan rahasia dari hati yang penuh sukacita adalah Yesus.
Aku mengatakan hal ini: siapa yang menabur sedikit akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga. (2 Kor 9:6, AYT)
Paulus menghidupi apa yang ia khotbahkan. Memberi dalam Perjanjian Baru tidak pernah diwajibkan, melainkan karena kasih karunia dari awal hingga akhir. Sebagai pekerja di ladang Tuhan, ia tidak bergantung kepada persembahan persepuluhan sebagaimana diatur dalam keimamatan Lewi, melainkan ia mencukupkan diri sebagai pengusaha tenda. Ketika jemaat banyak memberi kepada Paulus, maka ia akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama jemaatnya untuk membagikan kasih karunia Kristus daripada membuat tenda. Ketika engkau memberi kepada gereja, maka pendetamu akan semakin banyak menghabiskan waktu membagikan Injil kepada jemaat dan sesama daripada memusingkan urusan kas gereja. Tuaian banyak tetapi pekerja sedikit.
Wahai para hamba Tuhan, jemaat menjadi murah hati bukan karena diancam kutuk dan berkat seperti dalam model persepuluhan à la Maleakhi, melainkan karena sadar atas pengorbanan Kristus bagi mereka. Preach Jesus, and your church will be greatly blessed, highly favored, and deeply loved!
Thx,…pendeta sangat inspiratif..
SukaSuka
Seharusnya orang-orang yang berkomentar di tulisan anda yang pertama, menuntaskan terlebih dahulu 3 bagian tulisan anda ini….. 4 jempol untuk anda….
SukaSuka
Setujuuuu skali………..banyak penyesatan terseluhung di gereja……..
SukaSuka
Tq pak. Sangat inspiratif, jd terbuka. Tdk lg dalam ketakutan dan tertuduh. Tq sekali lg. Memberi krn cinta.. Sangat indah dan dalam understanding nya
SukaSuka
Pencerahan,…
SukaSuka
Setelah membaca ketiga seri ulasan Bang Edwin mengenai Perpuluhan, Saya sangat terinspirasi dan setuju dgn apa yang di bahas.
Saya sangat setuju bahwa kita wajib memberikan “persepuluhan = apa yang kita miliki” utk pelayanan dan penginjilan yang dilakukan oleh para pastor, pendeta maupun hamba-2 Tuhan, karena bagaimana pun segala sesuatu membutuhkan uang, namun semua itu diberikan bukan karena terpaksa tapi dengan sukacita dan ketulusan.
Saya sangat prihatin dengan saudara-saudara kita yang memberikan perpuluhan dengan tekanan batin karena takut tidak diberkati, karena merasa bersalah tidak mengembalikan apa yg menjadi hak TUHAN, ataupun yang memberikan perpuluhan dengan harapan diberkati berkali lipat dari yang diberikan.
Saya juga sangat prihatin kadang kala melihat saudara-2 kita ketika sumbangan sebesar Rp. 5.000 per bulan utk dana pelayanan orang yg meninggal itu diberikan dgn sungut-2 sdgkan dilain pihak ketika pergi ke mall tidak keberatan dgn membayar parkir yg sebesar 6.000 sekali parkir.
Menurut saya yg paling penting adalah jika Anda sungguh-2 mau memberikan persepuluhan, maka lakukanlah itu dgn 100% Sukacita dan Tulus Hati, karena cinta Anda kepada YESUS, dan bukan karena takut kena kutuk, dan juga tidak perlu pusingin perpuluhan yang Anda berikan itu dikelola seperti apa itu sdh diluar domain Anda, karena jika Anda telah memilih utk aktif di salah satu denominasi gereja maka seharusnya Anda juga percaya dgn para pejabat yang menjalankan fungsi administrasi yang ada di gereja tersebut.
seperti kata Bang Edwin “Yang membuat TUHAN tersenyum ketika kita memberi bukanlah jumlah 10% melainkan berikan 100% dari hatimu yg penuh sukacita, sebagaimana juga yg telah dilakukan oleh Zakeus dan Persembahan Janda yg miskin yg ada tertulis dalam Injil.
Proficiat buat pelayanan dan tulisan Bang Edwin agar semakin banyak orang yg tercerahkan dan semakin mencintai TUHAN kita YESUS KRISTUS.
Salam
SukaSuka
Bertambah jelas sdh pemahaman persepuluhan…thx yah. JBU
SukaSuka
Bagus sekali pak uraiannya,,,tq pak
Tuhan memberkati
SukaSuka
Suka tulisan ini
SukaSuka
apakah sebagian besar denominasi gereja khususnya pendeta tidak berani utk mengkhotbahkan bahwa persepuluhan tidak diwajibkan dan yg ada hanya persembahan sukarela….apakah jika jemaat tidak memberi per-x ….gereja tutup… atau para pendeta dan pimpinan di organisasi takut kehilangan pendapatannya..
@bang edwin…thank you sdh membahas ketiga artikel ttg persepuluhan….. Tuhan Yesus memberkati
SukaSuka
Pencerahan yg baik, trims untuk ulasannya. Sedih rasanya melihat organisasi gereja sekarang rata” membuat pencapaian target persepuluhan jadi acuan utama dalam dalam bekerja..membaca ulasan” diatas justru menguatkan iman saya. Satu hal yg membuat mata saya terbuka ternyata orang miskin, janda, anak yatim berhak atas porsi dari perpuluhan itu. Bukannya malah dibebani untuk bayar perpuluhan. Selama ini hal tersebut tidak pernah disampaikan oleh organisasi…GBU lae
SukaSuka
Betul Pak! Tuhan kita tidak mata duitan. Saya paling alergi kalau ada orang bilang: “Kita harus mengembalikan milik Tuhan!” Jawaban saya: “Endasmu!” Ketika Tuhan sudah memberi, Ia benar-benar memberi, dan tidak akan mengambilnya kembali. Lucu-lucu ini komentar yang kontra tulisan saya. Saya hanya bisa mengelus dada saja dengan kritikan yg nggak pakai dasar Alkitab. Semuanya sekarang berdasarkan perasaan hati saja lalu klaimnya itu berdasarkan Roh Kudus. Ganteng ya?
SukaSuka
Serem kalau dgr ancaman2 terselubung. Dan ketakutan2 itu rupanya gereja buat jadi senjata. Banyak yg dipanggil tp sedikit yg dipilih. Dasyat.
SukaSuka
Seri pengajaran yang bagus.
Yang saya mau soroti bukan artikelnya, melainkan Beberapa komentar sebelumnya yang menyebutkan “persembahan-sukarela”, saya merasakan kurang pas, persembahan adalah korban kepada Tuhan, maka harus dilakukan dng serius, suka cita, dan tulus,
jadi penekanan nya bukan sukarela,
karena kalau memberi dengan suka rela, cocoknya memberi kepada pengemis, dikatakan sukarela, paling banyak seribu rupiah, bedakan sukacita dan sukarela, jangan pakai mental suka rela untuk Tuhan, sangat tidak pantas.
SukaSuka
Apakah dasar memberi PP dalam gereja saat ini ?
Apakah berdasarkan PL ataukah PB ? Tolong diklarifikasikan agar punya landas pijak teologi yang benar. Thx.
SukaSuka
2 Korintus 9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
SukaSuka
bicara mengenai alkitab bukan hak saya karna saya tidak belajar tentang teologi, tapi kalo bicara perpuluhan saya tetap pada prinsip saya bahwa perpuluhan itu harus dilaksanakan sesuai dengan apa yg kita pahami, entah nanti disalahgunakan atau tidak tapi kita wajib untuk memberikan perpuluhan dengan sukacita.
Tuhan berkehendak dan manusia hanya bisa menjalankan, sebab manusia tidak bisa berkehendak dan Tuhan yg menjalankan.
Syaloooommm
SukaSuka
http://www.sarapanpagi.org/persepuluhan-vt315.html
silahkan dibuka situs diatas jika ada yang masih gregetan dgn artikel bung edwin…atau menambah referensi yg alkitabiah atas persepuluhan.
Tuhan memberkati
SukaSuka
Memberi karena cinta pasti lebih dari 10%, bahkan bisa segalanya. Termasuk nyawa. Tanyakan sebelum memberi “Apakah aku sudah cinta Yesus kalo segini/ini yg aku berikan?” Jawabannya pasti ada di hati kita masing2. Jujur adalah anugerah dari Tuhan kita untuk anak2Nya. Lakukan petunjuk hati selagi ia masih berbunyi.
SukaSuka
Sungguh sangat terinspirasi dengan artikel nya bang edwin
Pergumulan saya selama bertahun tahun tentang perpuluhan akhir nya terjawab
Feel so blessed
Very nice bang edwin
SukaSuka
Saya sedikit mau sharing tentang hal persepuluhan ini.
Gereja saya GRII menganjurkan persepuluhan. Sedangkan setahu saya gereja Reformasi Indonesia (Pdt Bigman Sirait) dengan jelas menolak persepuluhan (saya baca artikel dan video Pdt Bigman Sirait tentang persepuluhan di internet). Reform ya sama-sama Reform tapi masalah persepuluhan (baca: duit).. lain cerita haha.
Gereja sih tidak pernah “memaksa” atau “teriak dari mimbar” tentang persepuluhan, tapi memang kita diharuskan membayar persepuluhan secara “peraturan gereja”.
Pernah dulu tanya jawab dengan pendeta kita masalah ini, tapi memang waktu itu saya belum punya banyak pemahaman akan hal ini, jadi saya terima konsep perpuluhan ini. Sama seperti jemaat lain, saya berdoa mohon tuntunan Roh Kudus untuk memberi persepuluhan ini. Tapi menurut saya, Roh Kudus juga yang membuat
saya merasa tidak nyaman memberi persepuluhan, akhirnya hanya berhenti sampai bulan ke-3 saja. haha. Kemudian saya pelajari lagi sources di internet dan youtube, saya jadi tahu jawaban jawaban dari diskusi dengan pendeta saya sebelumnya itu. Saya jadi tambah semakin mengerti mengapa orang Kristen memang tidak memberi persepuluhan, dan seharusnya kita memberi seperti apa yang dikatakan Rasul Paulus “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Kor 9:7).
Saya sangat suka beribadah di gereja sekarang, saya tidak berfikir untuk keluar hanya karena perbedaan konsep persepuluhan ini dengan gereja.
Kalau ada kesempatan teman dan jemaat lain yang tanya atau pendeta, mungkin saya akan share apa yang saya tahu, tapi bukan berarti saya berbohong kepada mereka tentang hal tidak membayar persepuluhan ini.
SukaSuka
Wah Pak JS, sama dong. Saya waktu di Bandung jemaat GII Hok Im Tong Dago. Waktu di Jakarta saya di GRII Pondok Indah.
SukaSuka
Tuhan memberkati anda pak.saya berdoa supaya orang orang seperti anda ditambah tambahkan Tuhan,untuk berjuang meluruskan kebenaran yang telah di bengkokkan oleh oknum oknum yang menyebut diri mereka pendeta dan hamba Tuhan.mari kembali kepada kekristenan yang sejati.
SukaSuka
Bukan cuma perpuluhan, tapi segala sesuatu yg akan kita berijan kepada Tuhan, lakukan itu dengan penuh sukacita, bukan dengan terpaksa…persembahan persrpuluhan itu memang ada tertulis d alkitab..sebenarnya bukan gereja atau pendeta yg memerintahkan, tapi itu sudah tertulis dalam alkitab..memberi sukacita itu memberi tanpa harus menghakimi para pengelolah keuangan..kalo memberi kemudian ungkat ungkit sana sini, namanya itu ga tulus n ga sukacita. Kalo ga mau memberi perpuluhan y itu urusan masing2, tapi yang jelas perpuluhan itu diatur dalam alkitab. Kalo ga setuju, di tipex aja ayatnya biar ga terbeban pikiran,,bahkan Yesus tidak pernah mengecam pemberian perpuluhan, tapi dia mengecam sikap hidup orang yahudi yg tidak melakukan keadilan n kasih (mat.23:23; luk.11:42). Perhatikan kalimat akhir dr ayat2 itu, yang satu “harus” (bhs yun. Dei/harus, patut) dilakukan, dan yang lain “jangan” (bhs yun. May/jangan) “diabaikan” (bhs. Yun. Pariemi/diabaikan)..artinya, baik perpuluhan, maupun keadilan n kasih adalah hal yg penting. Lajukan yg satu tapi jangan abaikan yg lain. Kalo Yesus aja ga mengecam pemberian perpuluhan, napa kita yg agak rewel dgn hal utu? Silahkan direnungkan
SukaSuka
Gereja zaman sekarang tidak mewajibkan sunat, padahal tertulis di Kej 17. Alkitab Anda berarti banyak yg di tip-ex. Kalo Anda tidak memusingkan uang yg Anda berikan ke gereja, itu urusan Anda. Tapi istri saya beli seikat bayam 1000 perak di pasar aja masih ditawar… apalagi ngasih duit ke gereja yg jumlahnya besar. Saya salut dgn gereja presbyterian yg laporan keuangannya sangat baik, walaupun gereja presbyterian sering dicap “kurang rohani.”
Anda kelihatannya gagal paham. Mengajak jemaat memberi kepada gereja itu bukan dengan menakut-nakuti dengan kutuk & berkat. Itu poinnya.
SukaSuka
Terima kasih utk kebenaran yg dibagikan, kalau melihat komentar2 di bahasan sebelumnya, rata2 yg pro perpuluhan dasarnya takut kena kutuk atau gak diberkati (kalimatnya = mengembalikan hak Tuhan), jdnya spt org muda yg kaya, merasa sdh melakukan kewajiban (taurat) tp meleset krn gak ngerti perasaan Tuhan.
Gbu bro, terus suarakan kebenaran smp ke ujung bumi
SukaSuka
Thanks untuk Bang Edwin mau membahas topik ini.
Fakta yang saya lihat sendiri dalam lingkup keluarga, ketika untuk bayar perpuluhan, buah sulung, dll, dibela-belain, namun untuk memberi ke orangtuanya, bahkan ketika orangtuanya sendiri butuh biaya karena sedang dirawat di RS, dgn enteng bisa bilang sori ya gak bisa ikutan share nih krn keuangan lagi ketat. Inilah contoh jemaat korban ajaran manipulatif pendeta.
Jadi, nampaknya memberi perpuluhan demi dirinya sendiri, karena takut dikutuk, takut dicap maling, dll. Ajaran intimidatif semacam ini sangat merusak psikis jemaat dan juga karena saking takutnya membuat orang memilih jadi egois tapi tetap merasa rohani karena merasa sudah bayar upeti perpuluhan dan buah sulung jadi segala yang terkait dengan keamanan finansial pribadinya sudah aman deh.
SukaSuka
Pro dan kontra dlm suatu diskusi, menrt sy, sah-sah sj. Tp mmg suatu kebenaran kl diungkap, mmg terasa sakit khususnya bg kita yg sdh terdoktrinisasi. Tks utk penjlsan yg alkitabiah, sy jd memahami maksud dr suami (berbeda grj dg sy) pengertian perpuluhan. “Berilah, maka kamu akan diberi,….
Dg catatan tanpa paksaan atau dibawah tekanan (dg sukacita)
…suatu takaran yg digoncang dan dipadatkan dan smp tumpah keluar…”
Mau diberkati? Berilah dg sukacita. Tuhan Yesus memberkati dan kiranya Roh Kudus lbh mengajarkan kpd kita pengertian ttg maksud kebenaran firman Tuhan. Amin
SukaSuka
Terima kasih Ibu Resibera. Senang ada yg baca blog saya, apalagi bisa menjadi berkat. Kita memberi dgn suka cita kalau sudah mengalami kepenuhan dalam Yesus. When you have Jesus, you have everything…
SukaSuka
Kebetulan baru beberapa hari lalu (8 Nopember 2019), saya terlibat perdebatan tentang persepuluhan di Facebook
>>Teman di Facebook menulis:
==========================================================
Salah satu kegagalan manusia tdk diberkati karna tdk memberikan Hak ALLAH dgn benar…atau mereka beri juga tapi menurut selera mereka.
Misalnya mereka mendapat uang Rp.1.000.000.(satu juta)…
Mereka persembahkan rp.10.000….itu bkn perpuluhan….Perpuluhan dr sejuta adalah rp.100.000…bnyk kali manusia menyesal memberikan,jika uangnya banyak…misalnya: Rp. 1,000.000.000.(satu milyar.) Perpuluhannya rp.100.000.000.(seratus juta.)….
Manusia Sulit utk jujur memberikan itu,sebab rasanya terlalu banyak….
Kadang manusia memperlakukan ALLAH sebagai Hambanya….Karna dia bnyk uang maka Tuhan diaturnya…..kadang dia beri
kan menurut selerahnya…..
Cukup 500 000 aja, itupun terasa bnyak…
Mari kita lihat kebenaran FIRMAN ALLAH dlm MALEAKI 3 : 8, 9, 10.
==========================================================
>>Saya jawab (untuk menghindari kesalahapahaman saya memulai dengan kata KAJIAN):
Kajian tentang persembahan dan persepuluhan dari perspektif Kristen Protestan…
“Saya memiliki pemahaman secara pribadi/manusiawi secara awam begini: Kedatangan Tuhan Yesus adalah menggenapi seluruh isi Perjanjian Lama–Taurat dan kitab para nabi–, jika ada ayat dalam Perjanjian Lama yang tidak dinubuatkan dalam diri Tuhan Yesus berarti ayat itu berlaku abadi dan dapat di ambil sebagai bagian dari ajaran Yesus Kristus, tapi jika ayat dalam Perjanjian Lama sudah dinubuatkan dalam diri Tuhan Yesus maka ayat tersebut hanya dapat dijadikan referensi”
persepuluhan?…
Dalam “Alkitab Injil (Perjanjian Baru)”, tidak ada istilah persepuluhan, melainkan persembahan jasmani dan rohani untuk kemuliaan Allah melalui Yesus Kristus.
Persepuluhan dalam kekeristenan itu tidak ada, perhatikan ayat berikut:
Roma 12:1-2
Karena itu saudara-saudara, dengan kemurahan Allah aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
https://dirkncl.github.io/Alkitab/Alkitab.html?Roma%2012:1-2
Dalam kekeristenan, persembahan yang benar adalah, kita sadar bahwa seluruh jiwa raga kita dan seluruh harta kita adalah milik Tuhan.
Kesadaran itu akan membuahkan cinta kasih kita terhadap ‘Gereja’, persekutuan gereja, pelayan-pelayan Kristus, hingga tolong menolong antar sesama yang masih berkekurangan.
Matius 22:37-39
‘Kasihilah Tuhan. Allahmu, dengan seganap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu’… Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
https://dirkncl.github.io/Alkitab/Alkitab.html?Matius%2022:37-39
Matius 25:40
…,sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
https://dirkncl.github.io/Alkitab/Alkitab.html?Matius%2025:40
Jadi… adakah keharusan memberi persepuluhan?…
Dalam uraian Alkitab jelas mengindikasikan ‘tidak’, tapi jika diberikan sesuai inti dari kekristenan (dua hukum kasih), itu bukan hal yang salah.
Kenapa gereja (terutama dari sinode) selalu mengatakan kewajiban?… suatu pandangan keliru yang sudah menjadi budaya kekristenan.
>>Seperti dugaan saya bahwa pendeta jika sudah disinggung soal “persepuluhan tidak ada di kekristenan menurut Perjanjian Baru” maka mereka pasti hilang keteladanan Tuhan Yesus.
Note:
saya login via twitter dan menghindari menggunakan FB, karena debat diatas di FB
SukaSuka
Saya sendiri sebetulnya males debat soal persepuluhan. Makanya saya nulis blog aja, hihihi. Memberi uang ke gereja sebetulnya ngga masalah buat saya, malah saya anjurkan…. Cuma ya jangan sampai nakut²in jemaat. Terima kasih sudah mau membaca blog saya. Semoga menjadi berkat. Salam!
SukaSuka
Perpuluhan itu wajib kalau kita melihat konteks maelakhi 3 : 10, tapi tidak harus setiap bulan karena tetgantung visi dari gereja yg bersangkutan. Apakah gereja mempunyai visi perluasan gereja lokal untuk menuai jemaat? Atau perpuluhan diharuskan oleh gereja itu karena ada visi yang lain seperti membangun sekolah theologia dll. Jika perpuluhan itu diharuskan tiap bulan tapi tidak visi gereja tsb berarti jemaat perlu koreksi diri juga, apakah dengan tidak ada visi gereja kita wajib memberi perpuluhan? Kalau yg ini kita tidak perlu memberi perpuluhan karena tidak ada visi dari gereja tsb. Karena bisa saja untuk memperkaya diri saja bagi pdt yg bersangkutan. Jadi kita harus bijak juga utk memberi perpuluhan dilihat dari visi sebuah gereja. Karena jelas yg dikatakan maleakhi 3 : 10 yaitu mengenai persembahan persepuluhan.
SukaSuka